30 January 2008

KKLnya satu hari, liburannya dua hari

Tanggal 22 sampai 26 Januari kemarin ini, anak-anak (sebenarnya sudah gak pantes disebut anak-anak) TM&TI 2004 ngadain Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) ke Surabaya-Bali. Seharusnya ini adalah acara satu angkatan. Cuma akhirnya gak semua bisa ikut. Ada yang memang dari awal sudah gak berminat. Ada yang terpaksa gak bisa ikut karena harus ikut lECOM di Bandung. Ada juga yang tiba-tiba batalin diri dan dengan ikhlas hati harus tetap bayar. Namanya juga kumpulan orang banyak. Urusan dan kepentingan yang muncul, tentu saja bisa sebanyak jumlah kepala di dalamnya. OK, setelah melalui proses yang agak ribet dan sempat terancam batal, akhirnya berangkat juga… Satu bus, 44 anak, 2 dosen dan sejumlah kru.


Satu hari kunjungan
Dua perusahaan di pulau Jawa akhirnya jadi tujuan kunjungan. Indofood di Pasuruan dan PJB Paiton di Probolinggo. Di Indofood, rombongan disambut dengan hangat. Salah satu petinggi di sana (sampai lupa namanya) menyambut rombongan, kurang lebih seperti ini, “…terima kasih telah menyempatkan mampir ke perusahaan kami, karena saya tau persis bahwa tujuan utama adik-adik sekalian adalah ke pulau Bali.” Semua tertawa, seolah kami mengiyakan perkataan Bapak tadi. Tau aja Bapak itu…
Di PJB Paiton, berlangsung diskusi yang sangat menarik tentang kondisi kelistrikan di Indonesia. Tentang batubara kualitas tinggi yang dijual ke luar negeri. Tentang sulitnya berurusan dengan masyarakat dalam membangun jaringan transmisi. Tentang nuklir. Tentang surya cell. Tentang kecilnya anggaran penelitian di perguruan tinggi, dll…


Dua hari di Bali, apa yang bisa diceritakan?
Pemandu wisata yang…
Pemandu wisata waktu itu, seorang ibu-ibu. Namanya Ni Wayan… siapa gitu. Ibu itu sering cerita yang ‘aneh-aneh’ . Sebenarnya gak aneh juga ding, cuma porsinya aja yang berlebihan. Awalnya anak-anak kelihatan sangat tertarik. Ketawa-ketawa atau cukup senyum-senyum. Tapi lama-lama pada bosan juga. Habisnya semakin lama semakin gak jelas. Untungnya, Ibu itu tetap menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Menjelaskan tentang lokasi-lokasi yang dikunjungi, mengajari sedikit bahasa Bali, dan menceritakan kepercayaan, sejarah dan kehidupan orang Bali. Itu baru…


Main-mainnya
Di Tanjung Benoa, naik glass bottom ke pulau Penyu. Melihat dan ngasih makan ikan-ikan di laut, terus foto-foto bareng Penyu. Kedengaran kurang menarik ya? Tapi, saya sendiri menikmatinya waktu itu. Banyak yang nyobain parasailing dan watersport lain. Yang ini jelas lebih menantang. Seru, kata mereka. Pengin juga sih, tapi mahal.
Lalu, di Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang tempatnya sangat indah itu, sangat mudah ditebak apa yang dilakukan di sana. Ya betul 100%, foto-foto! Tempat ini memang sangat indah. Patung GWK yang belum jadi, lembah yang dikelilingi bukit kapur yang dipahat, rumput hijau dan tangga batu yang eksotis, orang-orang yang kelihatan kecil dari atas bukit. Looks beautiful…
Kuta adalah tempat paling ramai yang dikunjungi. Pantainya panjang, berpasir putih, ombak lumayan tinggi, sangat ramai dan waktu itu sedang ada upacara Galungan. Sepanjang jalan banyak cafĂ© dan tempat hiburan. Turis asing paling banyak ditemui di sini. Di Kuta kemarin itu, cuma main-main air. Tapi sejujurnya sangat menyenangkan… ;)
Di Bedugul yang udaranya adem khas pegunungan, nyobain perahu dayung di danau. Di tengah-tengahnya suasana begitu damai. Percik air dingin, kabut tipis, angin lembut, bau hujan…

Trauma naik Komotra
Bagi sebagaian kami, pengalaman yang sangat tidak menyenangkan saat di Bali kemarin adalah saat naik Komotra. Komotra adalah mode angkutan wisatawan yang mirip angkot (apa memang sama), dari Central Parkir Kuta ke pantai dan sebaliknya. Waktu pulang dari pantai, penumpang ditumpuk-tumpuk seperti barang. Plus dikasih bonus: dimarah-marahi! Seolah, wisatawan domestik memang diperlakukan sebagai wisatawan kelas dua di sana. Ah, sudahlah…


Masih ada lagi yang kuingat dari dua hari di Bali kemarin itu. Patung-patungnya yang pakai celana atau sarung kotak-kotak hitam putih (patung we kok dikathoki?). Anjing-anjing di jalan-jalan malam kota Denpasar. Masjid yang penuh sesak waktu sholat Jumat di Kuta waktu itu... OK, cukup. Boleh juga lain kali ke sana lagi. Lewat jalur yang berbeda dan mungkin, tujuan yang berbeda juga.
Pertanyaan penting setiap pulang dari jalan-jalan: apa oleh-olehnya? Oleh opo le melaku-melaku? Jawabannya penting untuk meneruskan le melaku, ‘melanjutkan laku’

6 comments:

Tee said...

Yang paling berkesan itu y jumatan di Kuta...

Unknown said...

hehehehehe...
tour guide-nya agak-agak hentai ya?
iya aku juga merasa kalo tour guide-nya agak gimana gitu...
btw emang kok jeleknya indonesia (ndak cuma di bali aja) turis indonesia itu turis nomor dua kayaknya...
kasian banget ya orang indonesia...
di dalam negeri jadi turis kelas dua
di luar negeri (baca: malay) kita jadi masyarakat kelas dua...

btw di bedugul kemaren itu ternyata masyarakat muslimnya banyak loh... berdasar info dari pendayung perahu yg sempat bikin kami terapung di danau kemaren, katanya mayoritas malah orang muslim, bahkan selain ada masjid besar, ada beberapa (sekitar 6) masjid kecil di daerah bedugul dan sekitarnya...

Anonymous said...

wah, dosennya siapa aja yg ikut Dank?

Dadang Suhirman said...

@teejo:
ho'o, jumatan kemarin itu terasa sgt berkesan. sebagai daerah minoritas, masjidnya sampai penuh sesak...

@pak titis:
*jgn2 semua tour guide di bali kayak gitu ya..

*setuju itu pak. mungkin karena kebanyakan orang indonesia memang suka rendah diri sama bangsa lain. Padahal, kata Mr Joger: rendah hati is good, rendah diri is bad.


@pak boed:
yg ikut pak titis sama pak andi.
kalau pak titis, masih 'wangun' keitung mahasiswa. hehe...

Anonymous said...

Kok yang paling berkesan malah piknik? Bukan kunjungannya? walah-walah....

Dadang Suhirman said...

ho'o. kan seperti yang dibilang pas sambutan di Indofood.. ^^