19 October 2008

Laskar Pelangi

Walaupun sudah 3 minggu film Laskar Pelangi tayang di bioskop, rupanya antrian tiketnya masih tetap saja rame dan panjang. Terimakasih buat iskandar dan budhi yang pagi-pagi sudah rela untuk antri sekitar 2 jam. Alhamdulillah ngantrinya sukses, sehingga tidak berujung dengan kalimat yang membuat hati iba seperti: “Uhh, udah capek-capek ngantri 3 jam, ternyata tiketnya habis!”.

Karena dapat tiket yang jam 9 malam, kita berempat (sama yulian) malah bisa makan dan nongkrong-nongkrong dulu di gudeg yamaha.

Filmnya...
Seperti novelnya, film Laskar Pelangi bercerita tentang sebuah ironi. Tentang anak-anak dari keluarga kurang mampu di salah satu pulau terkaya di Indonesia (karena tambang timahnya) yang berjuang untuk tetap bersekolah di sebuah sekolah dasar yang kondisi bangunan dan fasilitasnya sungguh memprihatinkan. Bangunan sekolah dari papan yang hampir roboh dan beratap seng yang setiap kali hujan kelas selalu kebanjiran dan bahkan jadi tempat kambing-kambing berteduh. Kondisi yang sangat kontras dengan sekolah tetangga milik PN Timah. Kekontrasan ini beberapa kali dimunculkan dalam film ini.
Tapi beruntung, sekolah yang minim fasilitas itu memiliki Pak Harfan dan Ibu Muslimah. Guru yang sangat berdedikasi. Yang mengajarkan anak didiknya untuk berani bercita-cita. Yang menjadikan pendidikan agama dan budi pekerti bukan sekedar pelengkap pelajaran di sekolah.

Lintang
Cerita tentang Lintang adalah cerita tentang bakat dan cita-cita yang harus pupus diterkam oleh realita. Lintang adalah seorang anak yatim pesisir yang cerdas dan berbakat. Ia pandai berhitung dan sempat membawa sekolahnya juara lomba cerdas cermat. Ia juga anak yang berkemauan kuat. Ia rajin membaca buku-buku dan selalu berusaha datang paling pagi ke sekolah biarpun rumahnya yang paling jauh dan setiap pagi harus bersepeda melewati jalan yang jadi tempat berjemur buaya. Sayangnya, Lintang yang berbakat itu harus putus sekolah saat ayahnya –yang seorang nelayan, meninggal dan ia harus menggantikan peran ayahnya untuk menghidupi dan membesarkan ketiga adiknya. Bakat dan kecerdasan luar biasa itu pun harus terpisah jauh dari sekolah dan didikan guru seperti tunas kecil yang harus terpisah dari tanah dan siraman air. Sebuah ironi yang lain...

Film ini bertambah menarik dengan banyaknya kelucuan dan kepolosan anak-anak yang menyegarkan sepanjang film.
***
Asumsi saya, penonton film ini –yang harus mengeluarkan 20 ribu untuk untuk membeli tiket, bukanlah orang-orang yang hidup dalam keterbatasan seperti anak-anak di Laskar Pelangi. Jadi, setelah menonton film ini sangat mungkin kita akan tergerak semangatnya untuk lebih sungguh-sungguh dalam mengerjakan hidup kita masing-masing. Anak-anak yang hidup dalam keterbatasan saja punya semangat yang luar biasa, apalagi kita yang dikelilingi dengan berbagai fasilitas dan kemudahan. Selain itu, film ini juga membuka mata kita bahwa pendidikan adalah sektor yang harus menjadi prioritas dalam pembangunan bangsa ini.
*foto dari [ sini ]

[dadang]
pendidikan adalah tangga kehidupan.

7 comments:

Tee said...

Wah kalo ngomongin pendidikan banyak yang seperti itu dank..Banyak orang yang tidak paham kalau mereka itu sudah mendapatkan pendidikan yang baik tetapi tidak memanfaatkanya dengan baik (contohnya aku) padahal banyak orang lain yang ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik tapi tidak kesampaian..Alhamdulillah mereka punya semangat yang besar moga2 aja dapet jalannya..

Anonymous said...

saya juga pengen nonton film ini, sayang bioskop di jepang lebih prefer menayangkan film jepang daripada film indonesia...

mesti nunggu ada dvd atau ada yg upload di youtube kayaknya hehehe...

btw ini settingan film-nya tahun berapa ya? baju yg dipake para pemerannya (diliat dari foto) keliatan kurang kumal... keliatan kalo bajunya masih baru... :D

Tee said...

"saya juga pengen nonton film ini, sayang bioskop di jepang lebih prefer menayangkan film jepang daripada film indonesia..." Yah masa' di jepang malah ada film Indo, pak? Nda' mudeng mereka..

Dadang Suhirman said...

@pak titis:
Hehe..
Betapa bergunanya youtube, indowebster, dkk.

tahun 1974 & 1979 pak.
Lho bukannya tahun segitu juga ada baju baru juga pak... :P

@tejo:
kan bisa ditranslate dulu jo...

Kalaupun gak di bioskop, siapa tahu kalo film2 indonesia semakin bagus2 disana ada komunitas penggemar yg bikin fansub film2 indonesia.

Unknown said...

ayo ayo... kalo udah ada vcd-nya diupload ke youtube ya... jangan di indowebster, ga bisa diakses dari jepun krna pake server indonesia...

btw bulan ini ada pemutaran beberapa film indonesia di jepang loh, salah satunya nagabonar (yg pertama), gie, mendadak dangdut (duh kenapa yg diputar film ini, dan beberapa film jadul

Anonymous said...

Wah, jadi ingat, jaman SD dulu sekolah pada "nyeker..."

Dadang Suhirman said...

@pak titis:
mungkin karena dangdut itu salah satu "yang sangat indonesia" kali pak..

@rochmad:
Di SDku dulu juga ada yg masih 'nyeker' kok mad...