14 April 2008

Cantik!


Berbahagialah orang yang jelita, karena dimana-mana ia merebut cinta. Karena kecantikannya, hati semua orang terpaut kepadanya. Bahkan, bergaul dengannya dianggap sebagai sebuah keberuntungan. Wajah yang indah, katanya, adalah obat bagi hati yang menderita dan kunci bagi pintu yang tak terbuka.

Begitulah kira-kira yang diungkapkan Sa’di dalam Gullistan, kecantikan berkorelasi positif dengan keberuntungan dan kebahagiaan. Maka tidak mengherankan kalau kecantikan menjadi dambaan setiap wanita (kedengaran seperti iklan apa gitu...). Tapi tunggu dulu. Cantik itu yang bagaimana? Bukankah cantik itu relatif? Apa yang disebut sebagai “cantik” itu belum disepakati. Artinya, yang dibilang “cantik” oleh si A, bisa jadi dikatakan “kurang cantik” oleh si B, dan juga sebaliknya. Ya, walaupun memang agak sulit misalnya menyebut... ya katakanlah Dian Sastro, Dhini Aminarti, atau Intan Nuraini (jadi kayak pecandu TV gini ya? ) itu “tidak cantik”. Rasanya seperti mengingkari hati nurani (halah!).


Harus diakui bahwa memang ada orang-orang yang disepakati oleh orang banyak sebagai yang “cantik” itu tadi. Tapi, tetap saja merupakan subjektivitas. Ada yang bilang bahwa pendefinisian “cantik” adalah konstruksi sosial. Kabarnya, skripsinya Dian Sastro (lagi!) membahas hal ini. Artinya, orang mengatakan bahwa seseorang itu cantik banget, cantik aja, atau sedikit cantik, dipengaruhi oleh pergaulan sosialnya. Dan ini bisa dibangun. Yang paling ampuh, tentu saja lewat media massa.


Berkaitan dengan konstruksi sosial tentang kecantikan, ada hal menarik yang diungkapkan dalam buku The Mismeasures of Women (saya membaca sedikit ulasannya dalam The Road to Allah). Di sana disebutkan bahwa sepanjang sejarah, kecantikan wanita itu diukur bukan oleh wanita itu sendiri, melainkan oleh kaum lelaki! Misalnya, pada zaman renaisance yang disebut wanita cantik adalah yang bertubuh gemuk (bisa dilihat dari lukisan2 di zaman itu). Kemudian banyak kaum wanita pada zaman itu yang berusaha menggemukkan tubuhnya dengan obat-obatan yang kadang justru membahayakan kesehatannya. Pernah juga ketika kecantikan diterjemahkan sebagai tubuh yang tinggi dan langsing, lalu banyak perempuan yang berlomba-lomba menguruskan tubuhnya dengan aneka produk kecantikan. Dalam hal ini bisa dikatakan: men rules! Dan boleh jadi ini adalah suatu capital rules! Dimana persepsi umum tentang “cantik” dibentuk sedemikian rupa untuk kepentingan bisnis produk-produk kecantikan. Oh, kejamnya (atau pinternya?) para kapitalis!



Dalam buku Female Brain memang ditunjukkan secara ilmiah bahwa kaum perempuan lebih terobsesi dengan penampilannya dibandingkan kaum laki-laki. Dikatakan bahwa estrogen beroktan tinggi mengaliri jalur-jalur otak mereka dan menyulut obsesi tentang penampilan. Tapi, benarkah obsesi itu bertujuan, seperti yang dikatakan dalam Female Brain, untuk membuat kaum laki-laki menganggap mereka menarik? Saya pernah menanyakannya pada sepupuku yang perempuan (sebenarnya gak penting banget nanyain yg kayak gini...). Katanya, gak juga! Menurutnya, perempuan memang suka kalau melihat diri mereka sendiri menarik. Memang bener kali ya? Makanya gak heran kalau mereka sering bercermin! :)


Ada yang tak boleh dilupakan: inner beauty. Saya sendiri gak tau pasti apa itu inner beauty. Yang jelas, itu adalah yang selain physical beauty yang sudah dibicarakan di awal tadi. Ada yang bilang itu pengaruh “kecantikan hati”, ”kecantikan pikiran”, atau “kecantikan akhlak”. Seolah memancar dari dalam (makanya disebut inner). Tidak rigid tapi bisa dirasakan. Ada seseorang yang menurut saya, physically cantik banget, tapi entah kenapa kok agak kurang menarik ya. Sementara, ada yang physically biasa aja, tapi entah kenapa kok ya malah sangat menarik. Mungkin ini pengaruh inner beauty (dalam persepsi saya). Pengaruhnya bisa sangat kuat dalam diri seseorang. Dan bagusnya, semua orang bisa memilikinya. Kalau physical beauty , barangkali, adalah kualitas yang given (udah dari sononya), maka inner beauty adalah kualitas yang bisa dipelajari. Bisa diperoleh dengan proses belajar.


Ada yang pingin lebih cantik? Pasti gak ada yg tidak mau...

*sebagai selingan ngerjain TA :)

7 comments:

Anonymous said...

Bunganya cantik..warna orange sih..

Setiap perempuan itu wajib MERASA cantik, tapi cantik itu tidak berarti harus DIRASA cantik oleh orang lain juga kan? Karna klo gitu caranya, sama aja nyiksa diri sendiri..
udah tau cantik itu relatif, kenapa nggak membuat definisi cantik versi diri sendiri aja, biar semua perempuan di dunia bisa bahagia karena merasa cantik.

Oiya, soal bercermin, itu salah satu sarana menyalurkan kebutuhan..Bahwa kebutuhan dasar setiap manusia adalah mengagumi diri sendiri
(NARSIS? Have to..hehe)

Anonymous said...

Kalo definisi "ganteng" gimana dank?

Tee said...

For me, cantik itu kesesuaian hati dan fisik. Fisik itu penting dan paling dominan tapi tanpa hati yang "cantik" maka kedominannya itu jadi hilang.
oh y dank, blogmu judulnya simple tapi kok postinganya serasa ga simpel ya? Kombinasi yang bagus..(^-^)

Dadang Suhirman said...

@windhar:
Ya, bagus kalo bisa begitu. Bikin konsep cantik sendiri2, terus mempercantik diri sesuai sama konsepnya masing2 itu.
Jadinya, tidak perlu menyakiti diri sendiri (dan apalagi menyakiti orang lain).

Mengagumi diri sbg kebutuhan dasar?
Mungkin...
(mgkin iya, mgkin tidak :p)


@rochmad:
Didefinisikan sendiri2 aja :p
But, it's not important issue for us!

@twejo:
Gak simpel ya??
Apa iya..
Ya, yang simple kan judulnya.

Workshop riska said...

kau cantik hari ini..
dan aku juga..
(hah? dadang cantik?)

set alat peraga buat mbak genduk ya dang? apa ya? mungkin..flying fire aja, ngirit, kasih kado dua lilin n korek udah bisa mainan seru pas mati lampu. serunya main flying fire liat di arkhadipustaka.blogspot.com

Anonymous said...

definisi cantik?..emm..menurutku tak bisa didenifisikan soalnya cantik sifatnya unik sih.

Dadang Suhirman said...

@ mbak (atau mas ya??) nirmana:
Salam kenal.
Sesuatu yang sifatnya unik, nggak berarti tidak bisa didefinisikan kan...

Ya cuma masalahnya, mendefinisikan tentang cantik yang sifatnya relatif itu bermanfaat atau tidak. Kalau nggak bermanfaat (useless), ya tidak perlu repot2 mendefinisikan tentang "cantik".Selain, karena memang susah. Hehe...

Tapi, menurut saya, mendefinisikan cantik untuk diri itu ada manfaatnya juga lho. Misalnya kita mau cantik, maka kita perlu tau dulu kan cantik yang kita inginkan itu seperti apa. Jadi, langkah-langkah menuju cantik itu lebih jelas dan terarah. Hehe...

*cantik di sini maksudnya nggak hanya untuk perempuan, tapi juga dimaksudkan: 'ganteng' untuk laki-laki...