18 February 2008

Semester 8


Beginilah. Sudah semester 8. Semoga menjadi semester terakhirku di kampus ini. Dalam arti, akhir semester ini bisa lulus dari kampus tercinta ini. Amiin... (diucapkan dengan sungguh-sungguh, sambil berharap agar malaikat-malaikat ikut mengamininya.)

Kalau ngomongin atau sekedar mikirin kata ‘lulus’ ini, selalu saja terbayang dunia di luar sana. Sebuah dunia yang belum benar-benar aku mengerti. Ada yang menyebutnya sebagai ‘dunia nyata’. Lha, memangnya di kampus itu bukan dunia nyata? Tentu saja yang dimaksudkan bukan seperti itu. Maksudnya, ketika lulus nanti aku akan berhadapan dengan sebuah dunia yang baru. Sebuah wilayah dimana aku harus mempertemukan (jw: nggathukke) teori-teori yang kudapat di kampus dengan kenyataan di lapangan. Juga mengaplikasikan metode-metode dan cara berfikir ilmiah yang sudah kupelajari, untuk menemukan dan menyelesaikan masalah-masalah di ‘dunia nyata’ itu tadi.

Semester 8 ini punya arti yang sangat penting untuk mempersiapkan itu semua. Yang pertama, tentu saja karena semester ini adalah semester untuk menghabiskan sisa SKS sebelum lulus. Merampungkan skripsi, membereskan KP (buat yang belum KP, seperti aku ini), dan ada juga yang mengulang beberapa mata kuliah –entah untuk mengejar predikat cum laude, menurunkan IPK (memang ada?), atau karena memang masih ada mata kuliah yang mengharuskan untuk diulang.

Yang kedua, inilah kesempatan untuk memantapkan kompetensi inti yang harus dimiliki oleh seorang Industrial Engineer –yang seharusnya merupakan akumulasi dari apa-apa yang diperoleh dari awal kuliah dulu, dan juga kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan seseorang untuk menghadapi hidup –yang merupakan akumulasi dari apa-apa yang aku dapatkan sampai hampir berumur 22 tahun sekarang ini.

Yang ketiga, semester ini adalah awal dari sebuah perpisahan. Perpisahan dengan kampus dan dunia kampus. Dengan perkuliahan di kelas, dengan tugas-tugas kelompok yang menyenangkan sekaligus melelahkan, dan juga dengan teman-teman satu angkatan yang saya cintai dan dosen-dosen yang saya banggakan. Soal perpisahan dengan teman-teman satu angkatan ini, beberapa waktu yang lalu anak-anak TI 2004 ngadain foto angkatan (lagi). Rencananya, mau bikin buku angkatan...


Yang terakhir, selain sebagai awal sebuah perpisahan tentunya juga sebagai awal sebuah perjalanan. Perpisahan dengan dunia kampus tentunya juga merupakan awal dari perjalanan baru (sebenarnya lanjutan dari perjalanan sebelumnya) dengan porsi tanggung jawab yang lebih besar. Tanggung jawab yang lebih besar terhadap kehidupanku sendiri. Belum lagi sebagai seorang laki-laki. Seorang laki-laki, pada saatnya nanti akan menanggung seseorang dengan hidupnya. Dan bahkan dengan hidup setelah matinya. Sehingga misalnya saja kedapatan tidak bertanggungjawab (dalam keamanan, kelangsungan hidup,perasaan, dsb...), maka ia harus bersiap-siap menanggung murka dari Tuhannya. Gak ringan to? Tapi tetep aja jadi sunnah nabi paling favorit nomer satu di dunia. :) Kembali ke masalah tanggung jawab tadi, tanggung jawab tentu saja butuh keberanian. Berarti, tanggung jawab yang lebih besar membutuhkan keberanian yang lebih besar juga.

Semester delapan. Ternyata sudah tiga setengah tahun aku di kampus ini...

6 comments:

Anonymous said...

Mengharukan.
Waktu saya kuliah dulu ada perkumpulan namanya STMJ. Artinya tergantung konteks;
STMJ : semester tiga masih jomblo
STMJ : semester tujuh masih jomblo
STMJ : sudah TA masih jomblo;

Dadank masuk rombongan ini nggak?
:D

Trus di samping ngerjain TA, mhsw tingkat akhir juga mencari PW. Dari sisi project management, dua kegiatan ini (TA & PW) harus Finish-to-Finish relasinya.

Tau gak artinya hayoo ??

Anonymous said...

@pak boed:
Waduh,
masuk rombongan nih pak.
perasaan gak pernah daftar. hehe...

Nyarinya PH aja pak, bukan PW.
Kalo ini, ya gak finish to finish..

Pak boed dulu, sukses finish to finish ya? ;)

Anonymous said...

jadi inget memori 4 tahun silam (duh berasa udah tua jadinya...)
seangkatan foto-foto di depan KPTU teknik dengan seragam kaos TI yang berwarna-warni, trus di depan tugu teknik dengan seragam jaket angkatan, dilanjutkan di depan balairung dengan pakaian kebesaran (jas almamater maksudnya) dan ditutup dengan foto-foto super narsis pake sarung dan jarik di depan GSP... lengkaplah memori saat itu...

bikin buku angkatan ya??? hmmm... pengalaman membuktikan... mesti ada planning yang tepat agar buku angkatan terwujud, kalo nggak... berakhir seperti angkatan kami: hanya jadi cd angkatan

anyway... good luck for the final year... nani ga atemo akiramenai !!! zutto mainichi mainichi ganbatte yo!!!

Anonymous said...

Berarti memang terbukti Pak.
Gak dulu gak sekarang, anak TI memang terkenal narsisnya. suka tampil dan bergaya di depan kamera. hehe...

Btw, sepertinya seru itu Pak yang pake sarung n jarik...

Ttg buku angkatan, 100% optimis!
Untuk yg satu ini, motivasi anak2 sgt tinggi... :)

Makasih pak. Saya butuh penerjemah buat ngartiinnya. :)

Unknown said...

hahaa... klo diTa STMJ bgt!!! tapi kategori yang mana ya??hehhee:)

yupie dank, buku angkatan 100 persen optimis, usaha teman2 sekeras usaha dadank ngedit foto TI 04 (niat bgt!!, yeruskan perjuanganmu dank!!!hehehe tak pasang di FS ku lhow)

Anonymous said...

@diTa:
hahaa... gak usah pake banget, Dit.
Masih ada katgori yg ke-4:
STMJ = Setelah TA Mendapat Jodoh :)

Optimis harus 100%. Semangat!!
Buku angkatan akan sangat bermakna di hari tua... :)