Kalau ada pertanyaan, “Mau kemana setelah lulus?” itu sebenarnya adalah lapisan paling luar dari pertanyaan yang lebih dalam, “Mau engkau bawa kemana hidupmu itu?”
Bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab oleh semua orang. Pertanyaan semacam ini bukan pertanyaan check point, dimana satu dari sejumlah pilihan jawaban adalah benar dan yang lainnya salah. Akan tetapi, ini urusan mengambil keputusan dan menentukan pilihan, dimana pilihan satu dengan pilihan yang lain bisa jadi sama baiknya (atau sama beresikonya), kadang saling mempengaruhi, kadang bisa dikompromikan, kadang saling bertentangan dsb. Tentu saja, dengan pilihan jawaban yang kita cari sendiri. Menentukan pilihan menjadi tidak mudah saat terbentang banyak pilihan dan banyak kesempatan. Atau sedikit kesempatan tetapi pilihan tetap banyak pilihan.
Misalnya ada pertanyaan: Hidupmu mau engkau bawa kemana?
a) Meniti karir dengan menikmati setiap pekerjaan dan menjunjung tinggi profesionalitas dalam bekerja.
b) Membangun surga dunia (keluarga), dengan merealisasikan ajaran agama
c) Merayakan gelora jiwa muda dan menyelami rahasia kehidupan dengan pengembaraan dan penaklukan.
d) Mengajarkan ilmu pengetahuan sambil terus mempelajarinya.
e) Menyingkir dari gemerlap dunia dan mencari kearifan hidup.
f) dan lan lain...
Tidak mudah. Tidak mudah menjawabnya.
bingung... bingung... ku memikirnya... perdamaian-perdamaian... hehe... =)
Kenapa tidak mudah? Apa saya ini tidak tau keinginan-keinginan saya sendiri? Bukan begitu. Saya yakin, saya tau tujuan hidup dan keinginan-keinginan saya saat ini. Banyak yang saya inginkan (impikan), dari yang sungguh mulia sampai yang ‘nggak penting’ tapi bermakna buat saya. Tetapi, sekali lagi, menentukan pilihan memang bukan pekerjaan yang gampang. Apalagi kalau ada perbenturan antara harapan dengan kenyataan yang sanggup dikerjakan. Antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘yang senyatanya’. Saya kira pengalaman menyelesaikan skripsi kemarin itu, memberikan pelajaran tentang hal ini.
Well, apapun pilihan (dalam hal apapun) yang akhirnya dipilih, pilihan itu harus diambil dengan penuh keyakinan dan lalu dikerjakan dengan penuh kesungguhan. Sambil membuka diri akan adanya fleksibilitas di masa depan untuk berani mengubah entah realitas atau persepsi kita, seiring dengan bertambahnya pengetahuan baru yang masuk dalam kesadaran kita. Entah pengetahuan tentang diri kita, tentang hal yang menjadi tujuan kita, ataupun tentang realitas dunia di luar diri kita.
“Seorang mukmin yang hakiki adalah yang dengan neraka seakan-akan ia melihatnya, sehingga ia tidak meniti jalan yang menjerumuskan dirinya ke dalamnya. Seorang mukmin yang hakiki juga adalah yang dengan surga ia tidak berpangku tangan untuk tidak berusaha mencarinya” (Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan)
So, the choice is yours.
Live on!
Bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab oleh semua orang. Pertanyaan semacam ini bukan pertanyaan check point, dimana satu dari sejumlah pilihan jawaban adalah benar dan yang lainnya salah. Akan tetapi, ini urusan mengambil keputusan dan menentukan pilihan, dimana pilihan satu dengan pilihan yang lain bisa jadi sama baiknya (atau sama beresikonya), kadang saling mempengaruhi, kadang bisa dikompromikan, kadang saling bertentangan dsb. Tentu saja, dengan pilihan jawaban yang kita cari sendiri. Menentukan pilihan menjadi tidak mudah saat terbentang banyak pilihan dan banyak kesempatan. Atau sedikit kesempatan tetapi pilihan tetap banyak pilihan.
Misalnya ada pertanyaan: Hidupmu mau engkau bawa kemana?
a) Meniti karir dengan menikmati setiap pekerjaan dan menjunjung tinggi profesionalitas dalam bekerja.
b) Membangun surga dunia (keluarga), dengan merealisasikan ajaran agama
c) Merayakan gelora jiwa muda dan menyelami rahasia kehidupan dengan pengembaraan dan penaklukan.
d) Mengajarkan ilmu pengetahuan sambil terus mempelajarinya.
e) Menyingkir dari gemerlap dunia dan mencari kearifan hidup.
f) dan lan lain...
Tidak mudah. Tidak mudah menjawabnya.
bingung... bingung... ku memikirnya... perdamaian-perdamaian... hehe... =)
Kenapa tidak mudah? Apa saya ini tidak tau keinginan-keinginan saya sendiri? Bukan begitu. Saya yakin, saya tau tujuan hidup dan keinginan-keinginan saya saat ini. Banyak yang saya inginkan (impikan), dari yang sungguh mulia sampai yang ‘nggak penting’ tapi bermakna buat saya. Tetapi, sekali lagi, menentukan pilihan memang bukan pekerjaan yang gampang. Apalagi kalau ada perbenturan antara harapan dengan kenyataan yang sanggup dikerjakan. Antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘yang senyatanya’. Saya kira pengalaman menyelesaikan skripsi kemarin itu, memberikan pelajaran tentang hal ini.
Well, apapun pilihan (dalam hal apapun) yang akhirnya dipilih, pilihan itu harus diambil dengan penuh keyakinan dan lalu dikerjakan dengan penuh kesungguhan. Sambil membuka diri akan adanya fleksibilitas di masa depan untuk berani mengubah entah realitas atau persepsi kita, seiring dengan bertambahnya pengetahuan baru yang masuk dalam kesadaran kita. Entah pengetahuan tentang diri kita, tentang hal yang menjadi tujuan kita, ataupun tentang realitas dunia di luar diri kita.
“Seorang mukmin yang hakiki adalah yang dengan neraka seakan-akan ia melihatnya, sehingga ia tidak meniti jalan yang menjerumuskan dirinya ke dalamnya. Seorang mukmin yang hakiki juga adalah yang dengan surga ia tidak berpangku tangan untuk tidak berusaha mencarinya” (Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan)
So, the choice is yours.
Live on!
**
Begitulah, tulisan ini pada akhirnya memang tidak menjawab pertanyaan: “Mau kemana?”
# foto diambil di pantai Karangwuni Kulon Progo, Juli 2007
No comments:
Post a Comment