06 October 2007

Cerita Rabu Siang: dari Sekip sampai Gejayan

Siang itu, tiga orang mahasiswa tampak sedang duduk sambil berbincang-bincang. Seorang mas-mas berambut sedikit ikal, berkacamata; seorang abang-abang berbadan gedhe, berkacamata; dan seorang koh-koh berkulit putih, bermata sipit, juga berkacamata. Mereka bertiga sedang menunggu antrian pembayaran BOP di Bank Mandiri cabang sekip kampus UGM yang kalau parkir motornya di luar area Bank, harus bayar parkir itu.


Mereka mendapat nomor antrian 326, 327, dan 328 dari pak satpam berkumis yang berjaga-jaga di depan pintu masuk. Nomor urut yang dipanggil saat itu, kalau tidak salah nomor 281. Ketiganya lalu duduk di sofa kuning emas yang diletakkan berbaris di depat loket pembayaran. Melihat bahwa di sana tersedia empat server, dan satu antrian, dengan waktu pelayanan rata-rata sekitar satu setengah menitan, tentu mereka dapat memperkirakan bahwa mereka tidak akan menunggu antrian terlalu lama. Syukurlah. Itu artinya, mereka dapat menunggu dengan rileks dan bahagia sambil ngobrol-ngobrol. Hari itu, antrian memang tampak tak sebanyak semester-semester sebelumnya. Mungkin semakin banyak mahasiswa yang memilih melakukan pembayaran lewat ATM. Tidak perlu repot-repot antri.


Ketiganya memang tampak sedikit 'berbeda' dari kebanyakan mahasiswa yang juga sedang mengantri di sana. Mereka sudah kelihatan 'tua'. Maklum, sudah semester akhir. Perbincangan mereka pun tak jauh-jauh dari obrolan standar mahasiswa semester akhir: kondisi terkini IPK, rencana skripsi, dan rencana indah pasca kampus (kerja, karir, dll). Perbincangan sedikit terpotong karena petugas sudah memanggil nomor urut yang ada di tangan mereka secara hampir bersamaan.



Setelah urusan bayar-membayar selesai, mereka tidak segera pulang. Mereka melanjutkan perbincangan di luar. Perbincangan kali ini lebih banyak berisi cerita-cerita dari abang-abang yang baru saja pulang dari KP di sebuah perusahaan softdrink multinasional di Semarang. Abang-abang itu banyak bercerita tentang banyak hal yang dilakukan dan ditemuinya selama sebulan di sana. Cerita yang sangat berguna dan sedikit menghibur. Karena dari ketiganya, baru abang-abang itu yang sudah selesai KP. Si koh-koh, nasib permohonan KPnya masih digantung oleh sebuah perusahaan minyak yang berkantor di Jakarta. Sementara nasib mas-mas itu, sedikit lebih memprihatinkan. Dua kali mengajukan permohonan, dua kali itu pula dia ditolak (hiks..). Satu, di sebuah perusahaan herbal medicine di Semarang. Satu lagi, di perusahaan telekomunikasi di Semarang juga. Rencananya, dia berencana mengajukan lagi untuk yang ketiga kalinya di perusahaan tempat KP abang-abang tadi yang, ya ampun, lagi-lagi di Semarang. Heran. Semarang lagi, Semarang lagi. Embuh kok iki...


Setelah merasa puas dengan perbincangan yang cukup berharga itu, mereka meluncur ke Toga Mas. Toko buku diskon favorit si mas-mas berambut ikal, yang berlokasi di dekat perempatan ringroad Gejayan. sampai di sana mereka segera berpencar menurut minat masing-masing. Koh-koh yang murah senyum itu, tampak sedang asyik membaca majalah olahraga. Sementara mas-mas dan abang-abang itu sedang berada di stan buku-buku best seller. Abang-abang itu sempat meminta saran kepada si mas-mas mengenai buku yang pasmilad buat ehm..ehm.. pujaan hatinya yang juga teman mereka di kampus. Seseorang yang mengisi rencana-rencana indah abang-abang itu. Seseorang yang mungkin, namanya selalu terselip dalam do'a-do'anya. Seseorang yang sepertinya membuat abang-abang itu tampak lebih ceria belakangan ini.. Iya gak sih? Gak usah nebak-nebak ah... untuk hadiah


Setelah memberi saran beberapa judul buku, dan sepertinya tidak ada yang dipilih oleh abang-abang itu, mas-mas berambut ikal itu segera menuju bagian sastra dan mencari buku yang dicarinya sambil membaca-baca buku lain yang ditemuinya. Akhirnya buku itu ketemuEmha Ainun Nadjib. Trilogi: Do'a Mencabut Kutukan, Tarian Rembulan, Kenduri Cinta. juga. Buku kumpulan puisi

--------

No comments: